Desiran
angin berhembus dikala ku menyendiri.Detik yang ku lalui hanya dengan tatapan
kosong tak berarti. Disaat seseorang menyadarkan lamunanku seketika lenyap sudah
tatapan itu. Dia mengerti akan adanya sebuah pertentangan yang terjadi diantara
aku dan kamu. Air mataku seakan menceritakan bagaimana mengalirnya kisah pilu yang mereka tau karena dirimu. Ku hanya tersenyum. Aku tak peduli akan pemikiran dirinya. Pemikiran mereka
semua. Pemikiran tentang kelam mu dan juga pahit kisahku. Namun badai seakan
berlalu. Aku tersadar di tengah indah pelangi manismu. Sudah tiba saatnya mereka tau
betapa beruntungnya aku mendapatkan dirimu. Merasakan indah kasih sayangmu.
Senyum
langit biru memapahku menunjukan indahmu. Karena dibalik kelam masih ada
mentari yang bersinar lugu. Tujuan hati kan menunjukan kasih sayang indahnya
kepada sang pendamping hatiku.
Namun sekejap petir menghentikan semua nada senja. Lantunan irama yang sedang
menari riang bersama. Sayap indah yang kau miliki, cahaya mentari yang slalu menyinari,
dan tawa yang slalu melukis senyum ini seketika musnah terhalang nuansa dingin
yang menyapa. Mereka terdiam… Mentap kosong padaku. Hanya awan kelam yang terlihat
menyelimuti dirimu. Dingin jiwa yang melindungimu.
Tanpa senyuman…
Tanpa kehangatan… Tanpa kasih yang slalu ku rasa dikala mereka tak ada.
Taukah
kau betapa indah sayatan yang telah kau ukir di hadapanku? Sadarkah kau betapa kokohnya
harapan yang sedang kau coba singkirkan? Merdu angin membawa hujan di tengah tawa. Itu yang ku rasa dikala kau mulai membungkam kata. Aku
merasa lumpuh tanpa adanya penopang raga. Kehangatan yang sangat ingin ku
perlihatkan menghilang bersama hembus angin yang mengalun menangis berkaca.
Disaat ku sendiri…
Mereka hanya melihat piluku karenamu…
Dan dikala ku bersamamu…
Mereka hanya melihat awan dingin yang
menyelimutimu…
Tertusuk
mereka karena dinginmu. Tersakiti aku karena kelam mu. Hanya satu yang ingin ku yakini pada
mereka. Bahwa bukan hanya kehampaan yang ku dapat dari kisah kita. Tapi sebuah kehangatan.
Sebuah pelajaran.
Tak pernah bisa ku
biarkan seorangpun buta akan kepakan sayapmu. Tak pernah ku ingin seorangpun menghakimi
cahaya terang jiwamu. Kamu… tujuan hidupku…
“Bagai hujan dan awan yang tak kan pernah
menyatu. Datang silih berganti tanpa pernah bertemu. Dan itulah yang kurasakan
ketika berada diantara mereka dan kamu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar